Integritas dalam Dunia UKM: Janji yang Terlupakan, Etika yang Terabaikan

Date:

Di balik geliat pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang selama ini dielu-elukan sebagai penopang ekonomi nasional, tersimpan sebuah realita yang jarang dibicarakan secara terang-terangan: krisis integritas dan profesionalisme.

Bukan sekadar soal strategi, modal, atau teknologi. Masalahnya lebih mendasar—tentang janji yang diabaikan, komunikasi yang tidak konsisten, dan sikap kerja yang asal-asalan.

“Sudah sepakat, tinggal bayar—tiba-tiba hilang tanpa kabar.”
“Ketika perlu, mereka aktif. Tapi setelah deal, tidak ada follow up atau komitmen.”
“Janji minggu depan bayar, kenyataannya tiga minggu kemudian pun tidak ada kejelasan.”

Fenomena ini bukan kasus tunggal. Banyak pelaku usaha, agensi, penyedia jasa, bahkan investor kecil, sudah terlalu sering mengalami perilaku tidak profesional dari sebagian pelaku UKM. Dan ironisnya, hal itu dianggap lumrah.


Janji Tanpa Bobot, Komitmen Tanpa Tindakan

Dalam dunia bisnis, integritas adalah aset utama. Jika sebuah janji dilontarkan—baik soal kerja sama, pembayaran, atau jadwal—maka ia seharusnya punya bobot moral dan profesional.

Sayangnya, di sebagian besar lingkaran UKM, janji seringkali hanya menjadi alat negosiasi sementara. Tidak sedikit yang menghilang setelah dibantu. Bahkan ketika sudah menikmati hasil kerja pihak lain, tidak ada itikad baik untuk menepati kewajiban.

Sebaliknya, di lingkungan bisnis menengah dan korporasi, janji adalah kontrak reputasi. Ketika mereka berkata “hari Senin dibayar” — maka Senin itu juga transaksi terjadi, atau minimal disertai komunikasi jelas jika ada kendala.


Krisis SDM di Level UKM: Ritme yang Berantakan, Sikap yang Setengah Hati

Yang lebih kompleks lagi, bukan hanya soal founder-nya. Masalah yang sama juga terlihat pada sumber daya manusia (SDM) di level UKM.

Banyak karyawan atau pekerja di UKM yang masih memiliki mentalitas “asal kerja”:

  • Tidak memiliki standar kerja yang jelas.
  • Datang telat, bekerja tidak fokus, tidak punya ritme kerja produktif.
  • Asal selesai, bukan selesai dengan kualitas.
  • Tidak disiplin mencatat, tidak rapi dalam pelaporan, dan sulit diajak sistematis.

Dalam banyak kasus, pekerja UKM bekerja seolah tanpa visi dan tanggung jawab, karena tidak ada sistem atau budaya kerja yang dibentuk dengan benar. Dan lebih parahnya, ketika diberi struktur atau SOP, justru mereka merasa “tertekan” karena tidak terbiasa dengan disiplin.

Budaya kerja seperti ini membuat produktivitas rendah, kualitas layanan lemah, dan kepercayaan klien rentan rusak. Akhirnya, UKM sulit berkembang, bukan karena kurang rezeki, tapi karena lingkungannya sendiri tidak siap naik kelas.


Profesionalisme Tidak Menunggu Omzet

Profesionalisme bukan hanya milik perusahaan besar. Bisnis kecil pun bisa berjalan rapi dan sistematis jika pelakunya serius dan berkarakter. Menepati janji, bekerja tepat waktu, menjaga komunikasi, menyelesaikan tugas dengan kualitas maksimal—semua itu bisa dilakukan tanpa perlu menunggu “naik omzet dulu”.

Karena yang membedakan antara bisnis besar dan kecil seringkali bukan modal, tapi mindset dan attitude.


Integritas Adalah Kunci Naik Kelas

Jika UKM ingin dihormati seperti korporasi, maka budaya internalnya juga harus mengarah ke sana. Dan itu dimulai dari hal-hal kecil:

  • Janji yang ditepati.
  • Komunikasi yang konsisten.
  • Bekerja dengan rapi, sistematis, dan bertanggung jawab.
  • Tidak kabur setelah menikmati hasil kerja pihak lain.

Integritas bukan tentang siapa yang diawasi, tapi tentang siapa diri kita saat tidak ada yang melihat. Dan dalam dunia bisnis, reputasi dibangun bukan dari kata-kata, tapi dari konsistensi tindakan.


Penutup: UKM Naik Kelas Dimulai dari Karakter, Bukan Kampanye

UKM bisa belajar digital marketing, branding, automation, dan teknologi apapun. Tapi jika karakter manusianya—baik owner maupun tim—belum tumbuh, maka bisnis itu akan terus berputar di tempat.

Karena pada akhirnya, integritas, etika, dan profesionalisme adalah fondasi dari pertumbuhan jangka panjang. Jika ingin UKM naik kelas, mulailah dari dalam. Bukan dari angka omzet, tapi dari bagaimana kita memegang janji, menyelesaikan tanggung jawab, dan menjaga nama baik di setiap kerja sama yang dijalani.

Click to rate this post!
[Total: 1 Average: 5]
M. Nahrowi
M. Nahrowi
M. Nahrowi – UKM Digital Mentor | Digital Business Consultant. Membantu pelaku UKM & Entrepreneur mengembangkan bisnis konvensional go digital melalui strategi digital, branding, dan pemasaran online.

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Trade Expo Indonesia ke-40 Semakin Dekat, Kemendag Terus Ajak Pelaku Usaha Gabung dalam Pameran

Kabupaten Tangerang, 29 September 2025 Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor...

Merdeka Training Centre – LPK Magang Kerja Jepang di Denpasar, Bali

Jika Anda sedang mencari lembaga pelatihan kerja (LPK) resmi...

Program Magang dan Kerja di Jepang Bersama Merdeka Training Center

Kejar Mimpi Magang dan Kerja di Jepang Bersama Merdeka...

Jasa Google Ads Profesional untuk UKM – UKMGO Ads

Di era digital, Jasa Google Ads menjadi salah satu...